Menanti pertarungan Google Fuchsia, Tizen RTOS dan Huawei LiteOS


Tidak mau kalah dengan mitra hardware mereka yang sudah merambah ke software, Google mulai mempersiapkan sistem operasi masa depannya yang menargetkan lebih banyak perangkat dari sebelumnya, dan diharapkan juga lebih ramah hardware dibanding Android maupun Chrome OS.

"Pink + Purple == Fuchsia (a new Operating System)." Begitulah deskripsi singkat yang diberikan oleh Google di halaman Github untuk proyek open source Fuchsia yang didesain untuk berbagai perangkat embedded, smartphone dan komputer desktop. Dengan kata lain Fuchsia adalah "The OS for Everything", sistem operasi buat Internet of Things (IoT), sama seperti Tizen.

Yang menarik, Fuchsia ini tidak berbasis kernel Linux seperti OS dari Google lainnya, tetapi menggunakan kernel Magenta yang berbasis pada proyek 'LittleKernel', yang diklaim telah dikembangkan selama beberapa tahun. LittleKernel ini merupakan alternatif dari FreeRTOS atau ThreadX.

Fuchsia saat ini mendukung prosesor dengan arsitektur ARM dan juga Intel, baik 32-bit maupun 64-bit. Pengembang Fuchsia, Travis Geiselbrech dan Brian Swetland, mengatakan bahwa Fuchsia sudah bisa booting di Intel NUC dan Acer Switch Alpha 12, dan tidak lama lagi juga akan tersedia di Raspberry Pi 3.


Mengapa RTOS?

Banyak perangkat embedded yang telah berjalan sempurna dengan menggunakan Linux. Namun di era IoT yang diprediksi akan dihuni oleh 20 miliar perangkat di tahun 2020, akan ada lebih banyak perangkat dengan sumber daya yang sangat terbatas dengan hanya memiliki beberapa kilobyte RAM yang tersedia. Perangkat-perangkat seperti ini biasanya mendukung zero configuration, auto-discovery, dan auto-networking.

Dibandingkan dengan Linux, RTOS memiliki kelebihan dalam penggunaan sumber daya hardware. Jika Linux minimal membutuhkan > 200MIPS, prosesor 32-bit, idealnya dengan MMU, ROM 4Mb dan RAM 16MB hanya untuk melakukan booting (yang mungkin memakan waktu beberapa detik). Maka RTOS bisa dinyalakan dalam hitungan milidetik, dengan memori kurang dari 10Kb, atau pada mikrokontroler 8-bit keatas.

Menurut Samsung, Tizen Micro Profile yang berbasis RTOS adalah sebuah platform terbuka untuk perangkat IoT low-end yang akan memanfaatkan internet dan memperluas nilai mereka dengan teknologi Web. Tizen Micro profile menyediakan software stack minimal yang selalu diperlukan pada perangkat IoT.

Saat Tizen Developer Conference (TDC) 2015 di Shenzhen, China, Samsung mengatakan bahwa mereka telah berhasil mencapai optimasi footprint yang layak untuk Tizen Micro profile dengan ROM 32MB dan RAM 64MB. Dengan spesifikasi hardware sekecil ini, Samsung telah menetapkan pengembangan software dan framework aplikasi untuk Tizen Micro profile dengan menggunakan IoT.js dan JerryScript.

IoT.js bertujuan untuk menyediakan platform layanan inter-operable di dunia IoT, berbasis teknologi web. Target IoT.js adalah untuk bisa berjalan di perangkat yang memiliki sumber daya yang sangat terbatas seperti perangkat yang hanya memiliki beberapa kilobyte RAM yang tersedia. Sedangkan JerryScript yang menjadi inti dari IoT.js, adalah JavaScript engine ringan yang dimaksudkan untuk berjalan pada perangkat yang memiliki sumber daya sangat terbatas seperti mikrokontroler dengan hanya beberapa kilobyte ROM dan RAM yang tersedia untuk kode engine.

Beberapa perangkat yang dituju untuk penggunaan Tizen Micro profile antara lain lemari es, AC, mesin cuci dan robot vacuum cleaner.


Huawei klaim memiliki OS paling ringan di dunia

Tidak hanya Google dan Samsung yang berlomba membuat OS yang ringan, Huawei yang selama ini lebih dikenal sebagai penyedia solusi jaringan dan hardware juga membangun OS sendiri untuk IoT.

Saat berlangsungnya HNC2015 (Huawei Network Congress 2015) pada bulan Mei tahun lalu di Beijing, Huawei mengumumkan peluncuran OS IoT mereka yang disebut LiteOS. Sesuai namanya, Huawei mengklaim ini adalah OS paling ringan didunia dengan ukuran hanya 10KB.

Menurut Huawei, OS ini dapat diterapkan secara luas untuk berbagai bidang termasuk smart home, perangkat wearable, mobil pintar dan perangkat industri lainnya. LiteOS diyakini bisa membantu untuk menyederhanakan pengembangan hardware pintar untuk meningkatkan konektivitas IoT. Selain itu, Huawei mengumumkan bahwa LiteOS akan dibuka untuk semua pengembang, yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat mengembangkan produk IoT mereka sendiri.


Bersamsung...